Saturday, December 31, 2011

TEORI KEWIRAUSAHAAN (TEORI TIMMONS, GORDON, ZACH'S STAR OF SUCCESS)

A. Teori Kewirausahaan Menurut Timmons

Proses suatu kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi yang dipicu oleh faktor pribadi dan faktor lingkungan. Faktor pribadi yang mempengaruhi adalah locus of control, pendidikan, pengalaman, komitmen, visi, keberanian mengambil risiko, dan usia. Sedangkan faktor lingkungan adalah sosiologi, organisasi, keluarga, peluang, model peran, pesaing, investor, dan kebijaksanaan pemerintah.

Wirausaha yang sukses mampu menghasilkan gagasan baru untuk memanfaatkan peluang serta menyikapi masalah yang dihadapi, kemudian menjadikan hal itu sebagai usaha yang berhasil. Hampir selalu ada kejadian pemicu yang melahirkan ide/usaha baru. Mungkin wirausahawan tersebut tidak mempunyai prospek karir yang lebih baik lagi atau merupakan pilihan karir yang disengaja. Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk memasuki karir kewirausahaan, kebanyakan dibentuk oleh sifat dan lingkungan pribadi. Seorang wirausaha memiliki “internal locus of control” yang lebih tinggi dari non wirausaha, yang berarti bahwa mereka memiliki hasrat yang lebih tinggi untuk mengendalikan takdir mereka sendiri. Sebuah model yang menggambarkan prosesentrepreneurial/kewirausahaan dikemukakan oleh Bygrave pada gambar di bawah ini.

Proses kewirausahaan  diawali dengan adanya inovasi.  Inovasi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari pribadi maupun di luar pribadi seperti pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan, dan lingkungan. Faktor-faktor tersebut membentuk locus of control, kreativitas, keinovasian, implementasi, dan pertumbuhan yang kemudian berkembang menjadi wirausaha yang besar. Secara internal, keinovasian dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari individu, seperti locus of control, toleransi, nilai-nilai, pendidikan, pengalaman. Sedangkan faktor yang berasal dari lingkungan yang mempengaruhi diantaranya model peran, aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu, inovasi berkembang menjadi kewirausahaan melalui proses yang dipengaruhi lingkungan, organisasi, dan keluarga.

Menurut Timmons (1999:38) proses kewirausahaan memperlihatkan bahwa kekuatan pengendali yang mendasari pendirian usaha baru yang sukses. Dimulai dari peluang kemudian tim dan sumber daya. Kebanyakan peluang asli lebih besar daripada kemampuan tim atau sumber daya yang tersedia untuk permulaan suatu usaha. Peran dari wirausaha dan timnya adalah mempergunakan semua elemen kunci itu dalam lingkungan yang dinamis dan bergerak. Dalam konteks dinamis ini, ambiguitas dan risiko menjadi sesuatu yang harus diterima. Apabila wirausaha mampu menghadapi dan menyelesaikan masalah secara kreatif dan inovatif, maka kemungkinan untuk sukses akan meningkat secara signifikan. Pada intinya peran wirausaha adalah mengatur dan mendefinisikan kembali perihal risiko dan imbalan.

Jadi perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor itu adalah hak kepemilikan, kemampuan/kompetensi, dan insentif, sedangkan faktor eksternalnya meliputi lingkungan.  Jadi kemampuan berwirausaha merupakan fungsi dari perilaku kewirausahaan dalam mengkombinasikan kreativitas, kerja keras, dan keberanian menghadapi risiko untuk memperoleh peluang.

Menurut Timmons (2008:31), gambaran klasik kewirausahaan adalah perusahaan pemula yang masih mentah, dimulai dengan ide usaha yang kemudian berkembang menjadi suatu perusahaan besar. Contohnya, Microsoft, Netscape, Amazon.com, Sun Microsystem, Home Depot, McDonald’s, Compaq Computer, Intuit, Staples, dan ratusan contoh lain yang telah menyandang nama besar. Kesuksesan, selain kepemimpinan yang kuat dari seorang wirausahawan, selalu melibatkan tim dengan keahlian yang mendukung. Kemampuan untuk bekerja sama sebagai tim dan kemampuan menangkap peluang bisnis di tengah-tengah kontradiksi, kekacauan, dan kebingungan adalah kunci kesuksesan.
Kewirausahaan juga membutuhkan keterampilan dan kepintaran untuk mencari dan mengontrol sumber daya, yang biasanya dimiliki orang lain, untuk meraih peluang. Artinya perusahaan tidak boleh kehabisan dana di saat-saat kritis. Kebanyakan kewirausahaan sukses memiliki tim dan penyandang dana untuk menangkap peluang yang tidak dikenali orang lain.
Namun dalam perkembangannya, perusahaan-perusahaan besar tersebut di atas banyak mengalami keruntuhan atau masalah internal perusahaan. Akan tetapi, disebabkan oleh munculnya pesaing-pesaing baru dari perusahaan pemula. Perusahaan raksasa seperti IBM dihempaskan oleh Apple Computer dan kemudian Microsoft Equipment Corporation. Mereka yang dianggap tidak terkalahkan, akhirnya dirontokkan oleh perusahaan pemula. Peristiwa ini memaksa perusahaan raksasa pada tahun 1980-an melakukan perampingan sampai pada tahun 2000-an. Contoh dalam kasus ini, perusahaan Fortune 500 meniadakan sebanyak 900.000 pekerjaan hingga bulan oktober 2001.
Di saat perusahaan besar mengurangi pegawainya, perusahaan baru justru menciptakan lapangan pekerjaan. Menurut laporan penelitian Timmons pada tahun 2000, sebanyak 4,3 juta pekerjaan atau penerimaan tahunan senilai $736 miliar dihasilkan oleh perusahaan baru. Menurut Timmons (2008:32) penyebab kegagalan perusahaan besar adalah mereka lambat menyadari perubahan yang terjadi di dunia usaha. Hal yang paling parah adalah mereka sama sekali tidak tahu tentang pendekatan kewirausahaan dan cara mengenali ciri-ciri kehancuran dan perubahan arah rival mereka.
Menurut Timmons (2008:32), perusahaan besar dapat dikarakterisasikan dalam masa kejayaan mereka dengan banyak tingkatan peninjauan, persetujuan dan veto yang hirarkis. Para eksekutif menjalankan sistem manajerial dan administrasi model top-down, sangat berbeda dengan pendapat Ewing Marion kauffman,
“orang tidak di atur, mereka mau dipimpin”. Perusahaan ini begitu menghargai orang yang dapat menghasilkan aset, anggaran, jumlah pabrik, produk, dan pegawai yang banyak daripada menghargai orang yang dapat menciptakan peluang bisnis baru, mengambil risiko yang sudah diperhitungkan, dan jarang membuat kesalahn, semuanya dengan sumber daya terbatas. Perusahaan besar sebenarnya menyadari perlunya pembaruan pada beberapa perusahaan raksasa tahun 1970-1980-an menemukan bahwa perusahaan besar memerlukan enam tahun untuk mengubah strategi dan 10 sampai 30 tahun untuk mengubah budayanya. Sementara perusahaan kecil hanya memerlukan 1-6 bulan untuk mengumpulkan modal usaha.
Lebih parah lagi, perusahaan besar cenderung birokratis dan arogan. Mereka yakin bahwa jika mereka menganut dan menjalankan praktik manajemen terbaik, maka segala sesuatunya akan berjalan lancar. Pada era tahun 1970-1980-an, praktik manajemen terbaik itu belum mengenal istilah kewirausahaan, gaya kepemimpinan kewirausahaan, dan cara menelaah kewirausahaan. Bahkan kata kewirausahaan dianggap kata kotor di dunia bisnis Amerika. Salah satu dogma yang dianggap suci adalah soal kedekatan dengan pelanggan. Berikut adalah kesimpulan dua orang profesor Harvard Bussiness School.
"Salah satu hal yang sering ditemui di dunia bisnis adalah kegagalan perusahaan besar untuk tetap pada posisi terdepan ketika terjadi gejolak di pasar dan teknologi… tetapi persoalan dasarnya adalah suatu paradoks: Perusahaan besar itu tunduk pada salah satu dogma manajemen paling popular. Mereka mendekatkan diri pada pelanggan. Bila mereka menyerang, perusahaan baru melihat perusahaan lama sebagai musuh yang enteng dan tidak siap karena selalu melihat ke atas dan mengabaikan bahaya dari bawah.”
Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat dilihat kelemahan mendasar yang menjadi sumber kerapuhan perusahaan besar. Kelemahan tersebut dapat sekaligus menjadi peluang besar bagi perusahaan baru. Bagi E-generation, kondisi ini merupakan peluang emas yang dapat dimanfaatkan secara baik.
Menurut Blower dan Christensen (dalam Timmons, 2008:32), masalah yang dihadapi oleh perusahaan besar adalah para manajernya terus melakukan hal yang sama, yaitu melayani kebutuhan pelanggan. Pihak manajemen gagal melihat adanya program yang tidak lagi diinginkan pelanggan atau program yang marjin labanya mulai menurun.
Gebrakan yang dilakukan oleh perusahaan baru yang inovatif sebagai bagian dari proses revolusi kewirausahaan, membuat banyak perusahaan besar menyadari pergeseran paradigma kewirausahaan. Beberapa perusahaan besar di Amerika berhasil merespons kepemimpinan kewirausahaan. Setelah melihat perusahaan besar menghilang satu persatu, banyak diantara mereka mulai bereksperimen dan membuat strategi untuk mendapatkan kembali semangat kewirausahaan serta memasukkan sistem nilai dan perilaku yang disebut cara menelaah kewirausahaan. E-generation memiliki banyak peluang menarik dalam lingkungan bernuansa kewirausahaan. Mereka tidak perlu lagi bekerja untuk perusahaan raksasa lama yang tidak memiliki semangat kewirausahaan.
Seiring dengan perjalanan revolusi kewirausahaan, perusahaan besar semakin banyak yang menerapkan prinsip kewirausahaan dan kepemimpinan kewirausahaan demi kelangsungan venture mereka. Ada banyak perusahaan yang melakukan hal ini dan berhasil, diantaranya GE, Corning, dan Motorolla. Perusahaan “brontosaurus” patut mencontoh perusahaan di atas dalam hal menerapkan prinsip kewirausahaan.
Jadi, Kesimpulan dari beberapa Teori Timmons menurut pendapat saya adalah Untuk menjadi Wirausaha yang sukses harus benar-benar pintar memanfaatkan peluang, kemudian kerja sama tim yang solid dan sumber daya yang bagus. 
B. TEORI KEWIRAUSAHAAN MENURUT GORDON
Seorang pakar entrepreneurship Gordon Pinchot menyatakan, para individu tidak perlu melaksanakan hal-hal besar (big thing) agar pencapaian hasil kumulatif mereka akhirnya menyebabkan munculnya kinerja hebat bagi perusahaan dimana mereka bekerja, mereka jarang sekali merupakan para penemu (inventors) dari produk atau sistem yang menjadi “pendubrak perubahan” mereka juga jarang sekali melakukan sesuatu tindakan yang bersifat unik secara total, yang belum pernah dipikirkan oleh pihak lain di dalam organisasi yang bersangkutan. ( Pinchot 1985: 25). Pinchot, pendiri mazhab intrapreneur merumuskan para intrapreneur sebagai “setiap orang di antara pemimpi (dreamers) yang melaksanakan”. Mereka yang menerima tanggung jawab langsung guna menciptakan sesuatu inovasi di dalam sebuah organisasi, mungkinintrapreneur merupakan pencipta atau inovator, tetapi ia senantiasa merupakan seorang pemimpi yang mengalihkan sebuah ide menjadi sebuah realitas yang menguntungkan.
Tiga factor utama yang diperhatikan oleh Gordon didalam rancangan modelnya adalah:
1.     Shareholder’s return-single variable.
Di dalam model periode tunggal (model satu periode), tingkat pengembalian yang diperoleh pemegang saham terdiri dari deviden dan capital gains. Ini tidak berlaku dalam kasus Gordon. Sebab tingkat pengembalian yang diterima pemegang sahamnya hanya deviden dimasa yang akan dating. Earnings yang ditahan perusahaan menjadi sebagian dari factor pertumbuhan yang operasinya akan menaikkan deviden, namun hanya deviden yang akan datang yang dianggap sebagai pengembalian.
2.     Normal and actual return.
Model Gordon dikembangkan dengan membandingkan tingkat pengembalian normal atau tingkat pengembalian minimal dengan tingkat pengembalian actual.
3.     Inclusion of a growth factor .
Untuk tinjauan jangka panjang, model mengansumsikan pertumbuhan deviden selalu stabil dan memasukkannya sebagai salah satu factor pertumbuhan dalam rumus penilaian.
 (Pinchot 1985: 27), agar supaya intrapreneurship dapat berkembang di dalam sebuah organisasi besar, perlu terdapat lima macam “faktor kebebasan” sebagai berikut:
1. Seleksi diri
Perusahaan-perusahaan harus memberikan peluang kepada para inovator untuk mengemukakan ide-ide mereka, dan bukan menjadikan tanggung jawab untuk menghasilkan ide-ide baru, tanggung jawab yang ditugaskan kepada para individuatau kelompok.
2. Jangan ide yang diciptakan di tengah jalan, diserahkan kepada pihak lain (no-hand offs).
Setelah ide-ide muncul, para manajer harus membiarkan orang-orang yang menciptakan ide tersebut, melanjutkannya (menerapkannya) dan jangan menginstruksikannya untuk menyerahkan ide tersebut kepada pihak lain.
3. Pihak yang melakukanlah yang mengambil keputusan.
Kepada pihak yang memunculkan ide, perlu diberikan kebebasan tertentu untuk mengambil keputusan tentang pengembangan dan implementasi ide tersebut.
4. Perlu diciptakan apa yang dinamakan waktu untuk membantu penciptaan inovasi (corporate “slack”) atau perusahaan-perusahaan yang menyediakan dana dan waktu (“slack”) memfasilitasi inovasi.
5. Akhirnya falsafah penemuan “akbar” (end the “bome-run”philosophy)
Pada beberapa perusahaan, terlihat gejala bahwa pimpinan puncaknya hanya berminat terhadap ide-ide inovatif, yang dapat menciptakan hasil-hasil luar biasa(major breakthroughs). Dalam kultur demikian intrapreneurship dikekang.
Keuntungan menggunakan tipe perancanaan strategis yaitu kita dapat melakukan, antara lain :
1.      Antisipasi terhadap masa depan
Terutama terhadap peluang dan permasalahan strategis. Bila jauh hari, kemungkinan permasalahan dapat diantisipasi sebelum benarbenar terjadi, maka permasalahan tersebut dapat diminimalkan dan dampaknya dapat dikendalikan. Bila peluang tidak diantisipasi, maka kita akan kehilangan kesempatan dan mungkin problema muncul karenanya.
2.      Evaluasi diri
Dengan perencanaan strategis, kita semua dapat bekerja bersama untuk mengevaluasi diri, terutama tentang kekuatan dan kelemahan yang kita miliki. Kesadaran akan kekuatan dan kelemahan diri akan membuat kita lebih realistis dalam merencanakan masa depan kita.
3.      Perumusan tujuan bersama melalui konsensus
Dengan tipe perencanaan strategis yang menggarisbawahi pembangunan konsensus antar stakeholders maka dapat dirumuskan ke arah mana kita akan menuju dan dengan cara apa yang terbaik untuk sampai ke tujuan tersebut. Dalam pembangunan konsensus ini tentunya ada negoisiasi untuk "memberi-dan-menerima". Adalah lebih baik terjadi konflik selama proses  (sehingga dapat dicari kesepakatan) daripada konflik setelah proses perencanaan selesai dan rencana telah disahkan untuk diimplementasikan. Catatan: stakeholders diartikan sebagai semua orang/pihak yang berkepentingan langsung dengan kita (organisasi kita).
4.      Alokasi sumberdaya
Perencanaan strategis mengalokasikan sumberdaya dengan menetapkan prioritas dalam perumusan strategi, terutama sumberdaya manusia dan prasarana. Alokasi sumberdaya dilakukan antar bidang layanan perkotaan yang saling berkompetisi dalam meningkatkan kualitas layanan. 
5.      Pemantapan tolok banding (benchmarks)
Yang berupa rumusan tujuan dan sasaran. Hasil implementasi atau tindakan dibandingkan dengan tolok banding keberhasilan. Dengan menilai kinerja akan dapat ditarik "pelajaran" dari pengalaman dan masukan balik diperlukan untuk meningkatkan kualitas rencana strategis dalam hal proses maupun produknya.
METODE GORDON
Metode Gordon (Gordon Method), tidak seperti kebanyakan teknik penyelesaian masalah secara kreatif lainnya, dimulai dengan anggota-anggota kelompok yang tidak mengetahui secara persis sifat masalah yang ada. Hal ini menjamin bahwa solusinya tidak akan ditutupi ole ide-ide yang telah dipertimbangkan dan pola-pola perilaku sebelumnya. Pengusaha memulai metode ini dengan cara menyebarkan konsep umum yang berhubungan dengan masalah, kelompok merespons dengan cara mengungkapkan sejumlah ide. Kemudian sebuah konsep dikembangkan yang diikuti dengan konsep-konsep yang berkaitan, melalui bimbingan pengusaha tersebut. Kemudian masalah sebenarnya diungkap memungkinkan kelompok tersebut memberikan usulan untuk implementasi atau perbaikan solusi akhir.
Jadi, Kesimpulan dari Metode Gordon dalam menyelesaikan suatu masalah menurut pendapat saya adalah dimulai dengan timbulnya suatu masalah, lalu mempelajari dan memahami  masalah yang muncul dengan menggunakan cara yang telah umum digunakan, lalu sebuah kelompok mulai memunculkan ide-ide,setelah itu dikembangkan menjadi suatu konsep,dan barulah masalah yang terjadi sebenarnya akan diungkap dan memberikan solusi yang baik.

C.  TEORI KEWIRAUSAHAAN MENURUT MODEL ZACH’S STAR OF SUCCESS
Saya berpartisipasi dalam seminar dengan Babson College minggu ini. Ini di Toluca meskipun, sejak sekolah saya memutuskan bahwa lebih mudah untuk terbang karena banyak rekan-rekan saya di bidang kewirausahaan ke Meksiko daripada Massachusetts. Dan itu masuk akal.
Sejauh ini, sudah baik, yang agak menarik dan menghibur. Instruktur kami, Profesor Zacharikis, adalah karakter, yang tidak akan membiarkan Anda mendapatkan terganggu atau hilang dalam percakapan. Dia model mengajar, tetapi suatu model dari kehidupan, juga diwakili oleh apa yang disebutnya: Bintang Zach Sukses. Sebuah pertanyaan diulang dia bertanya adalah "Apakah anda memiliki hasrat kepada???
Saya hanya bisa mulai bertanya-tanya bagaimana kehidupan yang berbeda akan jika setiap orang punya gairah untuk melakukan apa yang kita semua lakukan setiap hari. Saya harap minggu ini membantu saya menemukan bahwa gairah yang mungkin telah hilang di sepanjang jalan, di suatu tempat di masa lalu.
1 Pengetahuan : Hal ini memungkinkan Anda untuk melihat / menemukan pola-pola.
2. Jaringan : Tidak hanya harus membangun, tetapi perlu disimpan.
3. Energy
4. Komitmen
5.  Gairah
 Jadi, Kesimpulan dari Metode Zach’s Star of Success menurut saya adalah untuk menjadi pengusaha yang sukses tidak hanya bertumpu kepada pengetahuan tetapi juga dibutuhkan jaringan, energy, Komitmen dan gairah.

1 comment:

  1. maaf saya mau bertanya. kalau sikap kewirausahaan biasanya memakai teori dari siapa?

    ReplyDelete